"Anggun dalam Moral, Unggul dalam Intelektual
dan Progressif dalam Gerakan"
Kepemimpinan kaum muda terus menjadi discourse yang sangat penting bagi masa depan bangsa. Kendati kondisi struktur politik dan sistem politik yang berkembang di Indonesia saat ini belum memberikan ruang yang lebar bagi artikulasi kepemimpinan kaum muda pada panggung politik nasional secara maksimal. Akan tetapi beberapa perubahan politik ke depan tidak menutup kemungkinan menguatnya kecendrungan kepemimpinan kaum muda. Terbukti saat ini, kaum muda sudah mulai mengisi beberapa jabatan kepemimpinan dalam parpol, ormas dan kalangan profesional di Indonesia.
Kepemimpinan kaum muda ke depan terus dihadapkan pada sejumlah tantangan penting. Globalisasi, liberalisasi dan komersialisasi bergerak kian cepat seiring dengan laju pertumbuhan teknologi. Pelbagai fenomena globalisasi mempengaruhi kedudukan negara dan hubungan antarnegara.
Akibatnya, global interdependence tidak dapat dihindari. Sisi positifnya, kondisi ini memberi peluang besar bagi negara dan bangsa Indonesia untuk tumbuh sebagai kekuatan signifikan dalam membangaun agenda kemakmuran global. Sisi lainnya, danpak negatif sering berakibat fatal terhadap struktur ekonomi-politik Indonesia.
Berkali-kali bangsa dan negara kita tergagap dan terlambat menanggapi gerak globalisasi ekonomi, sosial, budaya dan politik. Rontoknya bangunan struktur ekonomi-politik Orde Baru salah satunya disebabkan oleh kegagalan atas pengelolaan momentum transisi kepemimpinan politik antar generasi. Akibatnya, warisan struktur ekonomi-politik terus- menerus retak dan berantakan ketika pergantian kepemimpinan mewarnai setiap rezim dan generasi. Ketika perubahan kepemimpinan terjadi, Indonesia seolah berdiri di atas reruntuhan bangunan tua yang diwariskan rezim sebelumnya.
Pada akhirnya, ketertinggalan selalu menimpa bangsa dan negara Indonesia di dalam menanggapi globalisasi. Rendahnya daya saing dalam konteks global ditunjukkan lambatnya Indonesia dalam mencapai target Millenium Development Goals (MDG). Kebijakan publik yang tidak pro-poor dan lebih mengedepankan pembangunan materiil menunjukkan kurang pekanya pengambil kebijakan dalam membangun pondasi kesejahteraan bangsa. Kaum muda termasuk kaum muda muslim pun mash gagap menghadapi arus besar perubahan dunia dan sebagian tergerus. Kondisi ini menunjukkan betapa lemahnya kekuatan bangsa Indonesia untuk kembali bangkit.
Hingga saat ini, setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan Indonesia sering mengalami kendala serius untuk bangkit. Jika tidak diselesaikan, kendala ini dalam jangka panjang bisa menjdai faktor yang merusak bangsa dari dalam, sehingga peluang untuk bangkit akan jauh lebih sulit di masa depan. Pertama, sudah sejak lama bangsa ini mempunyai masalah dengan ideologinya. Kedua, belum munculnya kepemimpinan nasional yang kuat. Kepemimpinan demikian bertugas menjaga dan mengembangkan ideologi nasional secara konsisten, dan sekaligus meengawal kelangsungan tahapan-tahapan pembangunan dalam pelbagai aspek kehidupan. Ketiga, sebagian besar komponen bangsa ini terus dibuai oleh keyakinan palsu bahwa agama, kelompok, atau ideologi yang diikutinya akan bisa mengatur dan menyelesaikan persoalan kehidupan secara komprehensif.
Terkait dengan hal ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai generasi Muda yang merupakan pilar bangsa, dalam kiprahnya sebagai wadah aspirasi perjuangan menghimpun, menggerakkan, serta menggembleng mahasiswa Islam guna meningkatkan peran dan tanggung jawabnya sebagai kader bangsa, berpandangan bahwa sebagai upaya mewujudkan negara sejahtera (walfare state) atau negara yang baldatun tayyibatun warabbun ghafur, kepemimpinan kaum muda merupakan jawaban yang harus didorong mulai saat ini. Konsep, paradigma, strategi, serta karakter kepemimpinan kaum muda harus, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam melakukan formulasi tersebut.